Thursday, September 8, 2011

Perjuangan Dalam Hidup

Negara yang dikatakan merdeka, tidak sama halnya dengan rakyat dari negara tersebut. Meskipus dikatakan telah merdeka secara de yure dan de facto, tetapi belum tentu kemerdekaan tersebut dirasakan oleh rakyatnya. Negara yang juga dikatakan kaya akan sumber daya alamnya, tidak dapat dirasakan kekayaannya oleh rakyat sendiri. Kekayaan alam negara itu, tidak sama seperti rakyatnya yang sangat jauh untuk dapat dikatakan berkecukupan apalagi kaya. Negara yang kaya belum tentu rakyatnya juga kaya, jangankan kaya, berkecukupan pun masih belum.

Samsudin, seorang bapak yang sudah berkepala lima ini, masih tetap harus merasakan susahnya untuk dapat hidup berkecukupan tiap harinya. Pekerjaannya yang hanya seorang penambang batu dari pagi sampai menjelang maghrib ini, hanya mampu menghasilkan beberapa puluhribu untuk segala kebutuhan hidup dirinya, istri dan ketiga orang anaknya yang masih bersekolah. Uang yang dikumpulkan tiap harinya oleh Samsudin hanya cukup untuk memenuhi makan sehari-hari saja. Memang, sekolah anaknya tidak membayar uang iuran sekolah, tetapi kebutuhan sekolahnya, seperti buku, alat tulis dan kelengkapan sekolah lainnya wajib diberikan oleh Samsudin. Beruntung anaknya yang paling besar, Zaini, merupakan salah satu siswa yang cukup berprestasi di sekolahnya. Dia selalu mendapatkan juara di kelasnya maupun perlombaan sekolah. Zaini pun tidak tinggal diam akan pekerjaan orangtuanya tersebut, meskipun Samsudin memang sudah tidak dapat melihat dengan jelas lagi, tetapi Zaini merupakan anak yang berbakti kepada orangtuanya. Ia sering mendapat cemoohan dari teman-temannya, akan status dirinya dan juga ayahnya, tetapi ia tidak ambil pusing dan tetap bersyukur akan dirinya. Iya, bersyukurlah yang selalu di tanam di dalam diri Zaini akan kehidupannya sekarang ini. Bahkan ia pun rela jika suatu saat nanti ia harus putus sekolah demi membantu keluarganya, terutama agar kedua adiknya masih tetap bisa bersekolah sampai jenjang pendidikan yang tinggi.

Banyak kasus yang menceritakan tentang kehidupan anak yang harus bekerja di usia mudanya demi membantu perekonomian dan kebutuhan keluarganya. Di usia muda yang seharusnya di wajibkan untuk bersekolah, sama sekali tidak dirasakan oleh anak-anak yang demikian. Kehidupan mereka hanya sibuk untuk bekerja mendapatkan uang untuk membantu kehidupan dan kebutuhan keluarganya. Dari pagi sampai malam pun, mereka tidak pernah mengeluh, bahkan untuk mendapatkan uang 500 rupiah pun mereka sudah bersyukur.
Di samping itu, sangat banyak juga anak-anak, pemuda-pemudi yang menghambur-hamburkan uangnya untuk membeli sesuatu yang tidak perlu, untuk jajan, makan di tempat yang mewah, berpakaian yang tidak wajar, dari ujung rambut sampai ujung kaki, barang yang dipakai adalah barang bermerk dan mewah. Jikalau mereka sadar bahwa masih banyak anak dan keluarganya yang hanya membutuhkan makan tiap harinya 2 atau 1 kali saja... Sungguh tragis kenyataan yang ada, dimana letak kemanusiaan yang ada, di mana yang namanya keadilan sosial, mendapatkan layak hidup, tempat tinggal dan pendidikan berdasarkan UUD tersebut. Dimana peran serta negara dalam hal ini, peran pemerintah selaku pelaksana tugas negara, sampai-sampai menutup telinganya meskipun sudah melihat banyak kenyataan tersebut, tetapi tidak berbuat dan bertindak seharusnya.
DIMANA LETAK KEMERDEKAAN BAGI MEREKA???
TAK SEPANTASNYA MEREKA HIDUP SEPERTI ITU, DI DALAM KEMISKINAN DAN PENUH KEKURANGAN DAN KETERBATASAN..

No comments:

Post a Comment