Tuesday, August 28, 2012

Intoleran di Negeri Pluralis





Kasus yang terjadi di Sampang, Madura baru-baru ini memang cukup menyita perhatian publik. Bagaimana tidak, konflik yang menewaskan dua orang, puluhan korban luka-luka serta puluhan rumah yang rusak dibakar massa sontak menjadi heboh di media massa.

Memang kasus seperti ini bukan cuma terjadi sesekali di Indonesia, tetapi berulang kali, sehingga perlu dipertanyakan dimana letak nasionalisme serta sifat saling menghormati dan menghargai di antara sesama warga Indonesia. Di luar kasus sampang ini, sebenarnya masih banyak kejadian-kejadian serupa yang telah dan masih terjadi di negeri kita tercinta. Rasa intoleran kini semakin merambah di dalam kehidupan masyarakat yang mungkin dikarenakan bertumbuhnya banyak doktrin serta ajaran-ajaran menyimpang yang diterima masyarakat.

Ironis memang, ketika dunia tengah menyoroti dan memuji Indonesia sebagai negara Islam terbesar di dunia yang demokratis dan pluralis, tetapi di dalam masyarakatnya sendiri ternyata masih banyak kejadian-kejadian yang memicu perpecahan di negara kita. Sebenarnya siapa penyebab dari semua kasus-kasus intoleran yang terjadi di Indonesia? Apakah kita harus menyalahkan pemerintah yang tidak becus kerjanya, aparat keamanan dan penegak hukum yang masih kurang tegas, para pemimpin agama yang gagal memberikan contoh yang baik bagi para jemaatnya, atau memang masyarakatnya sendiri? Apa yang telah mereka perbuat dan kerjakan selama ini?

Sebelum menyalahkan semua itu, kita juga perlu bertanya pada diri sendiri, dimana peran kita pemuda sebagai generasi selanjutnya bangsa Indonesia ini (kaum pelajar, mahasiswa, orang intelek, akademisi, dan semuanya), apa yang telah kita perbuat untuk Indonesia? Apakah kita hidup sudah cukup layak memberikan dampak dan manfaat bagi negeri kita tercinta ini? Jangan hanya menjadikan diri kita sebagai sampah masyarakat yang tidak berguna, sudah selayaknya kita memberikan warna yang positif selama kita hidup karena hidup ini begitu singkat dan sederhana ketika kita tidak berbuat apa-apa.

No comments:

Post a Comment