Wednesday, February 20, 2013

Berkarya dengan Tulisan, Berkarya untuk Bangsa


Oleh Alfonsius Siringoringo


Di suatu malam, terdengar dering ponsel saya yang tergeletak di atas meja. Ternyata yang menelfon adalah senior saya – salah satu yang saya hormati dan kagumi – di kampus maupun organisasi GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia). Ia mengajak saya untuk mengikuti pelatihan menulis GMKI yang diajar oleh bang Samuel, sebagai perwakilan dari GMKI Cabang Bandung.

Saya sempat berkelip dengan alasan-alasan klasik, menolak ikut pelatihan tersebut. Dengan berbagai peraturan yang telah dijelaskan, sebenarnya semakin menguatkan tekad saya untuk tidak mengikuti pelatihan selama hampir 4 hari itu. Entah mengapa, selama dibujuk senior untuk mengikuti pelatihan tersebut, mulut saya akhirnya mengeluarkan kata “iya”. Dengan berpikir sejenak di kamar kost yang sunyi, akhirnya saya mulai meyakinkan diri untuk menjadi peserta di pelatihan menulis GMKI.

Selama berpikir, yang terlintas di benak saya hanyalah, bagaimana bisa membagi waktu untuk hal-hal lainnya? Dengan mencoba berpikir positif ke depan, saya mengambil kesimpulan. Ini semua adalah rencana-Nya, Tuhan ingin menuntun saya untuk berbuat dan berkarya di negeri ini – layaknya Johanes Leimena, Jacob Tobing atau mungkin yang lainnya. Setelah keluar dari pelatihan menulis, saya harus bisa memperbaiki dan mengembangkan bakat menulis selama ini – meskipun tidak tahu, apakah saya berbakat atau tidak. Kemudian, saya harus berkarya melalui tulisan-tulisan yang akan dibuat, dengan sebebas-bebasnya mengeluarkan pemikiran dan ide-ide yang ada di dalam kepala ini.

Setelah 3 hari mengikuti pelatihan menulis bersama 4 teman lainnya – 1 dari Bandung, 1 dari Riau, dan 2 dari Medan, saya begitu takjub melihat metode-metode yang disampaikan bang Samuel. Sebelumnya saya pernah mengikuti pelatihan menulis di salah satu Gereja besar Kota Bandung. Namun perbedaannya terlihat begitu kontras berdasarkan ilmu dan pemahaman yang saya dapat. Saya yang dahulunya menulis hanya karena faktor terpaksa dan mood-mood’an, kini memiliki pemahaman dan pola pikir baru ketika melakukannya.

Memang selama menulis akan menyita waktu dan pemikiran saya. Namun tidak menjadi suatu masalah begitu saya mengetahui kenikmatannya. Sungguh begitu menyenangkan ketika saya bisa menyelesaikan suatu tulisan dan akan menjadi kepuasan tersendiri pula apabila para pembaca dapat memahami gagasan, ide-ide atau bahkan belajar dari struktur kerangka penulisan yang sudah saya pelajari. Selain itu, sungguh membanggakan pula jika gagasan tersebut dapat diterapkan di tengah carut-marutnya kehidupan bangsa kita di masa ini.

Kelas bang Samuel memang sudah selesai – ilmu yang dikasih pun tidak ada lagi – namun saya akan selalu mencoba berkarya dengan tulisan-tulisan selanjutnya berdasarkan pengetahuan yang telah dipelajari. Saya kini menyadari, berkarya dengan tulisan, apalagi yang berkualitas dan mendidik, akan mengantarkan suatu bangsa ke satu tahap abad yang lebih maju. Melalui suatu tulisan – karya yang abadi – merupakan satu cara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa kita.

No comments:

Post a Comment