Oleh: Alfonsius Siringoringo
GMKI - Ut Omnes Unum Sint |
“Males
ah ikut diskusi kaya gituan, apalagi tentang kebangsaan, ga ah...”
Kalimat
di atas sepertinya semakin sering kita dengar dalam sikap dan pergaulan
mahasiswa saat ini. Sikap apatis
tersebut merupakan sikap acuh tak acuh atau sering juga disebut dengan “masa
bodoh” terhadap hal-hal tertentu. Sikap ini sepertinya telah menjangkit setiap
mahasiswa, terkhusus mahasiswa Kristen, dalam menyikapi permasalahan bangsa
yang ada.
Jumlah
mahasiswa Kristen saat ini memang hanya beberapa persen jika dibanding dengan
keseluruhan mahasiswa yang ada di Indonesia. Namun, hal tersebut seharusnya
bukan menjadi masalah dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan Tri Dharma
Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian. Berkaitan dengan
hal tersebut, mahasiswa Kristen sebagai bagian dari generasi penerus bangsa pun
harus tanggap terhadap permasalahan bangsa saat ini.
Untuk
mewujudkannya, maka terlebih dahulu harus diteliti mengapa mahasiswa Kristen
semakin terjerat dalam perangkap sikap apatis. Salah satu penyebab utamanya
adalah faktor status ekonomi keluarga yang sudah mapan. Ketika mahasiswa mapan
tersebut telah berada di zona nyaman, maka akan sangat sukar baginya keluar
dari zona tersebut untuk melihat serta memperhatikan keadaan di sekitarnya.
Dengan keadaan tersebut pula, maka akan timbul sifat malas dari dalam dirinya.
Selain
itu, dalam hal pergaulan dan adanya diskriminasi di kalangan mahasiswa,
menyebabkan semakin meluas pula sikap apatis tersebut. Seperti halnya mahasiswa
yang sering mengelompokkan dirinya menjadi eksklusif, individualistis serta
tidak memperdulikan hal-hal di luar kelompok atau komunitasnya.
Kejadian tersebut sepertinya sudah menjadi rahasia umum, terutama di banyak Perguruan
Tinggi Negeri maupun Swasta. Apabila fenomena tersebut biarkan, maka mahasiswa
Kristen yang seharusnya turut ambil bagian dalam menyelesaikan permasalahan
bangsa akan semakin terabaikan dan dianggap sebelah mata oleh masyarakat.
Permasalahan seperti banyaknya bentuk ketidakadilan dalam proses hukum, mafia
tanah, ketimpangan sosial serta banyaknya peraturan yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai kebangsaan, seharusnya dapat diselesaikan bersama oleh mahasiswa
sebagai garda terdepan dalam membuat kebijakan di negeri ini.
Dari
berbagai fenomena yang ada, peran mahasiswa Kristen di bumi pertiwi tentunya
terlihat semakin tergerus apabila dibiarkan. Jika para orangtua pun semakin
membatasi keaktifan anaknya semasa kuliah, maka akan semakin terkikis pula
peran mahasiswa Kristen di tengah-tengah bangsa ini.
Oleh
karenanya, setiap orang tua perlu memberikan kebebasan untuk aktif bagi anaknya,
dalam arti kebebasan yang positif dan terkontrol. Namun sebelum memberikannya,
hubungan komunikasi yang aktif dan berlanjut harus terus diterapkan demi
menjaga kebebasan tersebut. Dan sebagai mahasiswa Kristen, kita harus
mendatangkan Syalom Allah dimanapun kita berada, menjadi garam dan terang di
tengah-tengah bangsa ini melalui perbuatan dan perkataan sehari-hari. UOUS
No comments:
Post a Comment